Serat Wedhatama dari KGPAA Mangkunegara IV

Serat Wedhatama karya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunagara IV diciptakan bertujuan untuk mengajak umat manusia pada kemuliaan budi, dan larangan memperturutkan budi jahat. Beliau menangkap realitas social dan pandangan jiwa bahwa gejala-gejala lahiriyah memiliki kekuatan kosmis nominus yang merupakan realitas dunia.  Nominus tersebut juga mengajarkan laku spiritual terkait proses kebaktian kepada Sang Pencipta, atau lebih dikenal dengan istilah sembah raga, cipta, rasa dan karsa.

Wedhatama berasal dari suku kata Wedha dan Utama artinya  air jernih yang sejuk dan utama atau kautaman dalam kehidupan manusia jawa.  Serat wedhatama ini berisi ajaran luhur tentang bagaimana membangun budi pekerti yang digubah dalam bentuk tembang.

Disini saya akan menyajikan serat wedhatama dengan tembang pocung yang diiringi dengan irama gamelan yaitu :

Ada-Ada,  Ktw. Pocung Santi,  Ktw. Pocung Wuyung,  Ktw. Pocung Dayaguna

(DOWNLOAD Tembang Pocung)

Lyrik, cakepan tembangnya :

Ngelmu iku,  Kelakone kanthi laku,  Lekase lawan kas,  Tegese kas nyantosani,  Setya budaya pangekese dur angkara.

Ilmu itu, didapat dengan cara menghayati, dimulai dengan kemauan, artinya kemauan tuk membangun sentosa terhadap sesame, teguh membudi dayakan, menaklukkan semua angkara murka.

Angkara gung,  Neng angga-anggung gumulung,  Gegolonganira,  Tri loka lekere kongsi,  Yen den umbar ambabar dadi rubeda.

Napsu angkara besar, ada didalam diri yang kuat menggumpal, menjangkau hingga ke tiga jaman, jika dibiarkan berkembang akan berubah menjadi gangguan malapetaka.

Beda lamun,  Wus sengsem rehing asamun,  Semune ngaksama,   Sasamane bangsa sisip,  Sarwa sareh saking mardi martotama.

Berbeda dengan yang sudah menyukai  dan menjiwai, watak dan perilaku  yang pemaaf, kepada sesame, selalu sabar berusaha, menyejukan suasana.

Taman limut,  Durgameng tyas kang weh limput,  Kerem ing karamat,  Karana karoban ing sih,  Sihing suksma ngrebda saardi gengira.

Didalam kegelapan, angakara murka dalam hati yang menjadi penghalang, akhirnya larut dalam mukjizat, oleh lautan kasih saying, kasih saying (suksma) yang sejati tumbuh  berkembang segede gunung.

Yeku patut,  Tinulat-tulat tinurut,  Sapitudihira,  Aja kaya jaman mangkin,  Keh pra mudha mundhi dhiri rapal makna.

Itulah yang pantas ditiru, contoh yang patut diikuti, seperti semua nasihatku, jangan seperti jaman nanti, banyak anak muda yang menyombongkan diri dengan hafalan ayat

Nora weruh,  Rosing rasa kang rinuruh,  Lumeketing angga,  Anggere padha marsudi,  Kana-kene kahanane nora  beda.

Tidak memahami, hakekat ilmu yang dicari, sebenarnya ada di dalam dirinya sendiri, asal mau berupaya, sana sini (ilmunya) tidak berbeda.

Uger lugu,  Denta mrih pralebdeng kalbu,  Yen Kabul kabuki,  Ing drajad kajating urip,  Kaya kang wus winahya sekar Sri Nata.

Asal tidak banyak tingkah, agar supaya merasuk ke dalam sanubari, bila berhasil terbuka derajat kemuliaan hidup yang sebenarnya, seperti yang telah tersirat dalam tembang sinom.

Wedhatama merupakan salah satu dasar penghayatan bagi siapa saja yang berkeinginan laku spiritual dan bersifat universal lintas kepercayaan ataupun agama apapun. Puncak dari laku spiritual yang terkandung dalam serat tersebut adalah untuk menemukan kehidupan sejati, lebih mendalami diri sendiri, manunggaling kawula-Gusti, dan mendapat anugerah Tuhan untuk melihat rahasia gaib.

Terima kasih kepada Kang Mas Sabdalangi

Leave a comment